Jama'ah Penuh Berkah

Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.

Bekerja Untuk Indonesia

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)

Inilah Jalan Kami

Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. (12:108)

Biduk Kebersamaan

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.

Kesungguhan Membangun Peradaban

Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan.

Nasihat Yang Mengubah Hidup

Jika Anda sedang berjalan, kemudian mendapatkan nasihat dari seseorang bahwa ada bahaya dalam perjalanan yang Anda tempuh.
Apa reaksi Anda? Ada banyak reaksi yang bisa terjadi. Semua reaksi ini bisa terjadi spontan, tergantung bagaimana kondisi pikiran Anda.
Anda bisa mengatakan:
  1. “Terima kasih telah memberi tahu saya.”
  2. “Terima kasih telah mengingatkan.”
  3. “Sok tahu! Saya juga tahu.”
  4. “Emang siapa loe?”
  5. “Bukan hanya bahaya, tapi menanjak juga!”
Anda bisa memilih sikap Anda. Mau yang mana? No 1 atau 2 adalah yang terbaik. Sebab orang itu justru akan menyelamatkan Anda. Nasihat itu tanda cinta, maka sewajarnya jika kita berterima kasih karena mendapatkannya tersebut.
Saya yakin, Anda tidak setuju dengan jawaban no 3 sampai 5. Disini, ego kita yang muncul. Namun, sering kali banyak yang melakukannya tanpa disadari. Mari kita bahas satu persatu.

Jika Anda Sudah Tahu Tentang Nasihat Itu

Bisa jadi, seseorang memberi nasihat kepada tentang sesuatu yang sebenarnya Anda sudah tahu. Anda sudah menjalankannya selama ini. Anda pernah membacanya. Anda pernah mendengarkannya. Namun, haruskah kita mengatakan hal jelek terhadap pemberi nasihat. Anda berusaha menunjukan diri bahwa Anda sudah tahu?
Tentu tidak, ingat bahwa nasihat tanda cinta. Meski kita sudah tahu, anggaplah itu untuk mengingatkan. Mungkin Anda tidak lupa, tetapi saat Anda mendengar secara berulang kali, maka akan lebih meresap ke dalam hati Anda dan akan membentuk karakter dan kepribadian Anda. Itu adalah sesuatu positif. Kenapa Anda harus menolaknya? Kenapa harus menunjukan ego sendiri?

Lihatlah Nasihatnya Bukan Orangnya

Terimalah nasihat meski Anda sudah tahu, bahkan saat Anda yang sebenarnya lebih pantas memberi nasihat. Bisa jadi, orang yang memberi nasihat tidak lebih tahu dibandingkan dengan Anda. Mungkin dia masih awam, kurang ahli, kurang bijak dibandingkan dengan Anda. Namun, lihatlah nasihatnya. Tidak perlu melihat orangnya, selama itu baik, bermanfaat untuk Anda, maka Anda patut berterima kasih.
Tidak perlu mempertanyakan “siapa loe?” Ini artinya kesombongan Anda muncul, merasa diri lebih hebat dibandingkan pemberi nasihat, padahal bisa jadi dia tulus ingin membantu Anda.


Jika Nasihat Tidak Sempurna Maka Ada Yang Salah

Bisa jadi Anda menerima nasihat yang salah. Itu bisa saja, yang namanya orang tidak luput dari kesalahan. Atau bisa jadi nasihat itu salah bagi Anda saja karena kondisi dan situasi Anda berbeda. Namun lihatlah niat dibaliknya. Dia memberikan nasihat kepada Anda karena peduli. Mungkin salah karena dia tidak tahu kondisi Anda yang sebenarnya. Anda tidak perlu membantahnya, apalagi sambil marah atau menyerang dengan kata-kata yang tidak baik.
Tetaplah menerima nasihat itu. Tetaplah berterima kasih meski terlihat tidak berguna bagi Anda. Bahkan, jika sebuah nasihat seolah akan menjerumuskan Anda, tetaplah berterima kasih. Jika perlu, berikan penjelasan dengan cara yang baik bahwa nasihat tersebut tidak cocok dengan Anda. Jika salah, jelaskan dengan cara yang baik pula. Jangan sampai cinta dan kepedulian orang malah kita balas dengan sesuatu yang tidak mengenakan.

Nasihat Yang Tidak Lengkap

Pastinya, Anda akan menerima nasihat yang tidak lengkap. Tentu saja, karena tidak mungkin semuanya dibahas dalam satu pembicaraan. Anda akan selalu bisa melihat ada kekurangan dalam nasihat. Jika Anda meneirma nasihat tentang menuntut ilmu, mungkin Anda melihat ada yang kurang. Bisa jadi Anda mengatakan:
“Percuma menuntut ilmu, jika tidak diamalkan.”
Apa yang Anda katakan itu benar. Dimana masalahnya?

Pertama, Anda mengalihkan fokus. Mungkin pemberi nasihat itu sedang fokus tentang menuntut ilmu. Sama sekali tidak ada perkataan yang melarang amal atau tidak perlu diamalkan. Dia hanya sedang membahas ilmu. Saat Anda mengatakan hal itu, sebenarnya itu muncul dari ego, ingin menunjukan diri lebih tahu.
Kalau pun, nasihat itu dilanjutkan. Misalnya Anda harus beramal, maka Anda bisa menjawab lagi:
“Percuma beramal jika tidak ikhlas.”
Sekali lagi, isi dari perkataan itu tidak salah. Yang salah adalah sikapnya dalam menerima nasihat. Nasihat itu tidak pernah lengkap. Tidak mungkin bisa membahas seluruh Al Quran hanya dalam satu buku, satu artikel, apalagi satu status di halaman facebook.
Jika Anda hanya melihat apa yang kurang, maka Anda hanya fokus pada kekurangan itu. Sementara fokus Anda dalam menerima akan hilang.

Kedua, jika Anda terus melihat kekurangan dan menunjukan kekurangan tersebut, itu artinya Anda hanya mementingkan ego Anda. Nasihat tidak akan berarti sama sekali jika Anda fokus mengurus ego Anda, jika Anda ingin dilihat lebih tahu, lebih bijak, dan lebih pintar.
Orang sedang membahas masalah amal bukan berarti tidak tahu tentang ikhlas, hanya saja dia sedang fokus membahas amal, saat itu. Mungkin waktu yang lain, baik yang sudah lalu maupun yang akan datang, dia sudah atau akan membahas tentang ikhlas. Mungkin karena kondisi Anda saat ini memang kurang amal. Meski Anda tahu, amal itu harus ikhlas, tetapi jika amalnya tidak ada?


Emangnya Gue Nggak Tau?

Satu lagi kasus, kadang ada orang yang sok pintar, dia menasihati Anda karena dengan maksud merendahkan Anda atau menganggap Anda tidak tahu. Bisa jadi dia memberi nasihat kepada semua orang karena dia ingin dianggap hebat. Mungkin ada. Yang perlu kita perhatikan adalah
  • Tidak semua orang yang menasihati Anda bermaksud merendahkan Anda. Jadi jangan selalu memunculkan ego atau melawan saat ada seseorang yang menasihati Anda, karena bisa jadi dia orangnya tulus. Meski isinya Anda sudah tahu, tetaplah berbaik sangka dan berterima kasih.
  • Jika isinya baik, kenapa tidak? Mungkin, sekali lagi mungkin, seseorang bermaksud merendahkan Anda, namun jika isinya itu baik, terima saja. Kita tidak akan pernah menjadi rendah karena menerima nasihat yang baik. Fokuslah pada diri Anda.
Pada zaman sekarang, zamannya informasi, Anda akan mudah menerima nasihat. Bisa melalui media, website, facebook, twitter, dan SMS. Banyak sekali caranya. Jika kita menyikapinya dengan baik, maka nasihat-nasihat yang datang akan mengubah Anda menjadi pribadi yang lebih baik.

Posted By : PKS Leuwiliang

Ummat Terbaik

Menarik sekali sebuah artikel yang dimuat oleh dakwatuna.com tentang menjadi umat terbaik. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa ciri utama menjadi umat terbaik ialah kemampuan dan kemampuan untuk memberi kepada sesama. Ada poin terakhir yang menarik perhatian saya, yaitu untuk menjadi pemberi kita harus punya terlebih dahulu apa yang akan diberikan.
Sebuah botol tidak akan bisa mengisi gelas jika botol tersebut kosong.
“Jangankan memberi untuk orang lain. Untuk diri sendiri pun saya masih sulit.”

OK, mungkin ini benar. Kita bisa saja masih kesulitan untuk memberi. Namun sebagai seorang Muslim yang ingin memberi, maka tugas kita untuk menjadikan masalah ini segera teratasi. Artinya kita harus mau bertumbuh untuk menjadi pribadi yang sanggup memberi. Jika Anda tidak mau seperti Aisyah r.a. yang masih tetap mau memberi meski kekurangan, maka jadikan diri Anda menjadi orang yang berlebih agar bisa dengan mudah memberi kepada orang lain. Berusahalah agar Anda menjadi umat terbaik.



Namun alangkah baiknya, meski kita masih kurang kita tetap memberi. Bukankah Allah sudah berjanji akan melipat gandakan pemberian kita? Jangan marah jika Indonesia dan umat Muslim di Indonesia memberi begitu banyak harta ke rakyat Palestina. Pemberian itu tidak akan membuat Indonesia menjadi miskin, justru kita akan mendapatkan tambahan nikmat berlipat ganda dari Allah karena sudah memberi.

Tentu kita akan lebih banyak memberi jika kita kaya atau sejahtera. Oleh karena itu, menjadi kaya adalah hal yang baik jika kita tujukan untuk memberi. Bagaimana mana pun orang kaya akan lebih banyak beramal dibandingkan orang miskin (bukan berarti orang miskin tidak bisa beramal).



Saat orang miskin berdzikir, orang kaya pun bisa.
Saat orang miskin puasa, orang kaya pun bisa.
Saat orang miskin shalat, orang kaya pun bisa.
Saat orang miskin ikhlas, orang kaya pun bisa.
Saat orang kaya bershadaqoh, orang miskin pun bisa (tapi tidak sebanyak orang kaya).
Orang berpikiran negatif berkata, “Buat apa banyak berinfak jika tidak ikhlas.” dan menjadikan alasan untuk tidak mau berusaha.

pemain terbaik


Betul, tetapi bukan alasan untuk tetap miskin. Anda bisa banyak berinfak dan ikhlas.
Harta memang bukan solusi utama dalam berbagai hal. Namun harta akan memudahkan banyak hal. Umat muslim harus menjadi umat terbaik.

Posted By: PKS Leuwiliang

Memberi, Bukan Menerima

Suatu saat saya sedang naik bis kota. Tiba-tiba ada seorang laki-laki naik bis tersebut. Saya kira penumpang. Tiba-tiba dia berbicara di depan penumpang dengan lancarnya. Ngomongnya bak seorang mubaligh sedang ceramah. Dia memiliki gaya bicara yang bagus, lancar tanpa tersendat. Tidak ada grogi. Dia juga membacakan berbagai hadist dan ayat Al Quran dengan lancar dan cukup fasih. Dia membahas tentang hari akhirat dan manfaat memberi agar selamat di akhirat.

Saya mengakui cukup mendapatkan ilmu saat mendengarkan “ceramahnya”. Dia juga menunjukkan “kekritisannya” terhadap orang-orang kaya dan para pejabat. Inti dari ceramahnya adalah orang-orang kaya dan pejabat harus mau memberi kepada sesama demi kebaikan mereka sendiri. Bukan hanya itu gaya bicara pun cukup menghibur dengan diselingi canda dan tawa.



Setelah selesai ceramah panjang lebar, dia mengambil sesuatu dari sakunya. Anda sudah menebaknya? Betul, dia mengeluarkan sebuah plastik untuk meminta uang dari penumpang. Dia menghampiri satu persatu penumpang sambil menyodorkan plastik dan tidak lepas diiringi dengan senyum. Sampai di hadapan saya, dan saya melambaikan tangan tanda meminta maaf. Sebenarnya saya hanya tidak mau memberi dia saja.

Saya hanya berpikir, bukankah dia memahami makna dan manfaat memberi? Tetapi yang dia lakukan justru ingin menerima. Seolah memberi untuk orang lain dan menerima untuk dirinya. Orang lain memang harus memberi, terutama memberi kepada dirinya.

Sebenarnya dia hanya salah satu wakil dari sekian banyak orang yang memiliki mentalitas sama, yaitu menerima, bukannya memberi. Saya sering menerima email atau komentar yang marah atau meminta ebook dengan gratis dengan alasan amal. Di forum-forum, banyak orang yang menyerang dan menyindir habis orang yang menjual ebook. Alasannya apa? Mereka ingin diberi secara gratis. Dalam masyarakat nyata pun sama. Kebanyakan orang menuntut di untuk menerima ketimbang memberi.



Alasannya klasik, karena mereka merasa berhak untuk diberi karena kemiskinan mereka. Tanpa disadari hal ini juga yang membuat orang tersebut tetap miskin. Anda adalah apa yang Anda pikirkan, jika Anda terus berpikir bahwa Anda miskin, maka Anda akan miskin terus. Kita perlu menghentikan mental meminta menjadi mental pemberi. Bahkan saat menjual pun, Anda tetap harus memiliki mental pemberi. Caranya menjual sesuatu yang nilainya jauh di atas uang yang kita terima.

Posted By : PKS Leuwiliang

Mental Juara Itu Perlu

Saya seringkali menonton sepak bola dan mengikuti kompetisinya. Yang cukup menarik ialah bagaimana peran mental juara terhadap keberhasilan sebuah tim. Ternyata, memiliki pemain dengan keterampilan yang mumpuni saja tidak cukup.
Seringkali sebuah tim bertabur bintang tidak bisa menjadi juara, bukan karena masalah kemampuan fisik tetapi justru karena hilangnya mental juara.
Pengaruh mental pada pertandingan memang dengan mudah bisa kita lihat. Misalnya dalam pertandingan sepak bola, tuan rumah selalu memiliki peluang menang lebih besar dibandingkan saat bertamu karena mendapatkan dukungan mental dari penonton. Ini menunjukkan bahwa peran mental juara dalam sebuah pertandingan sangat besar.

Mental Juara Bukan Untuk Olah Raga Saja

Tentu saja, yang dimaksud mental juara itu bukanlah dalam bidang olah raga saja. Bukan dalam pertandingan saja, tetapi juga untuk berbagai bidang lainnya.

Mental Juara Diperlukan Dalam Karir

Yup, jika Anda ingin memiliki karir yang sukses, langkah pertamanya adalah Anda harus membangun mental juara. Banyak karyawan dengan potensi yang luar biasa, tetapi karena tidak memiliki mental juara, maka semua potensinya terabaiknya. Dia tidak tidak mau memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya sehingga tidak menjadi yang terbaik.

Juara Dalam Bisnis = Untung Besar

Jika Anda memiliki produk atau jasa juara, maka produk dan jasa Anda akan lari manis. Jika Anda memasarkan produk dengan cara juara (baca yang terbaik) maka dia pun akan mendapatkan hasil yang terbaik. Siapa pun suka yang terbaik. Jika Anda terbaik dalam bisnis Anda, maka otomatis Anda akan mendapatkan untung yang terbaik.

Juara Sejati Memiliki Sikap Sportif

Tentu saja, yang dimaksud disini bukan cara meraih juara dengan menghalalkan segala cara. Seorang juara sejati akan selalu bertindak sportif. Apa jadinya jika kita juara tetapi didapat dengan cara yang tidak baik? Maka sesungguhnya gelar juara akan terasa semua. Anda tidak benar-benar juara, hanya secara resmi saja.

Berlaku curang, sikut kiri sikat kanan, dan mencuri start bukanlah sikap seorang juara sejati. Juara sejati berusaha untuk menjadi yang terbaik, bukan sekedar mencari gelar juara. Selalu ingin menjadi yang terbaik adalah mental juara yang benar, bukan sekedar mendapatkan gelar, penghargaan, bonus, atau piala.

Mulailah Dengan Percaya Diri

Salah satu mental juara itu adalah percaya diri. Dia yakin bahwa dia mampu menjadi juara. Hanya orang yang percaya dirilah yang berani masuk gelanggang untuk bertanding. Percaya dirilah yang akan menjadi dia bertindak dengan cara yang terbaik.

Juara Itu Bukan Berarti Sombong

Seorang juara sejati akan bertindak, kemudian melakukan apa yang dia lakukan sebaik mungkin. Bukan dengan cara hanya omdo (omong doank) sambil menjatuhkan dan menjelekan lawannya. Sikap seperti ini sama sekali tidak menggambarkan mental juara. Justru, sikap sombong datang karena dia tidak percaya diri menjadi juara. Dia akan berusaha menjatuhkan lawan dengan omongan supaya dia dianggap juara.

Juara Sejati Mengakui dan Menerima Kekalahan

Dia tahu, bahwa kekalahan bukanlah kiamat. Mungkin dia tidak menjadi juara pada pertandingan kali ini. Tetapi dia tidak berhenti, dia mengambil hikmah sehingga pada pertandingan berikutnya dia bisa tampil lebih baik lagi. Dia tidak menyesal, tidak terpukul, dan tidak juga menyalahkan lawan. Menyalahkan lawan hanya akan menutup mata kita melihat kekurangan diri untuk diperbaiki.

Khasiat Ajaib Tempe

Siapapun pasti kenal tempe. Makanan ekonomis yang selalu ada di setiap menu makanan kita. Namun tak banyak orang tahu khasiat di balik makanan yang rasanya yang lezat, harganya murah dan mudah didapat ini.

Tempe sering dijumpai di rumah maupun di warung-warung, sebagai lauk dan pelengkap hidangan. Tapi tempe tenyata bukan hanya sekedar makanan sederhana. Tempe memiliki kandungan dan nilai cerna yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai.

PKS Dorong Ambang Parlemen 5%

Posisi Partai Keadilan Sejahtera terkait ambang parlemen (parliamentary threshold) bisa jadi berubah mengikuti sejumlah partai-partai besar. Wakil Sekretaris Jenderal PKS Mahfudz Siddiq menyatakan konsolidasi demokrasi bisa lebih cepat jika ambang parlemen lebih tinggi.

Jika Pemilu Saat Ini, PKS akan menang mutlak

Jakarta - Seandainya pemilu legislatif dilakasanakan pada 2011 ini, siapakah Partai Politik yang akan menang? Republika punya jawaban sendiri, yaitu PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

Menurut catatan Republika bahwa PKS akan mendapatkan 39,06 % berdasarkan hasil Polling yang diselenggarakan Republika Online pada Selasa (24/5) hingga Kamis (26/5) dan dilanjutkan dengan proses jajak pendapat kedua yang diselenggarakan pada Jumat (27/5) sampai Ahad (29/5) pukul 17:00 WIB.

Ketika Sang Idola Membuat Kecewa

Jangan melihat siapa yang membicarakan, tapi lihatlah apa yang dibicarakan. Mungkin pesan bijak inilah yang perlu kita perhatikan dalam menghadapi suatu masalah sebelum komentar. Bersikap objektif dalam menerima dan memberikan respon tanpa harus melibatkan ego yang terkadang justru memancing emosi.

Kunjungan ke wilayah Desa Karehkel

Sebagai wujud aplikasi amanah hasil Mukercab DPC.PKS Leuwiliang untuk melihat potensi masyarakat yang sudah ada dan mungkin bisa dikembangkan, pada hari Minggu 29-05-2011,DPC PKS Leuwiliang berkunjung ke

Berita duka : Telah Wafat ,Ayahanda ketua DPC.PKS Leuwisadeng (Vian J)

foto Almarhum
Keluarga besar PKS baru saja kehilangan putra terbaik yaitu Yoyoh Yusroh(anggota DPR) pada hari Sabtu (21/5/2011) pukul 03.00 dini hari di RS Mitra Keluarga Plumbon, Cirebon, disebabkan kecelakaan lalulintas.Duka Mendalam juga dirasakan keluarga pks  di wilayah CADA V apalagi yang dirasakan oleh keluarga besar dari Bpk Vian jurnalis ,atas kepergian untuk selamanya ayahanda KH. Ahmad Fuadi ,ulama yang disegani ,di wilayah kecamatan Leuwisadeng