Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS, Al Muzzammil Yusuf
menegaskan penolakan terhadap pembelian 100 tank Leopard bukanlah tanpa
kajian yang matang.
“Saya memandang penguatan Alutsista TNI merupakan sebuah
keniscayaan, yang dipersoalkan adalah pembelian Alutsista yang tidak
sesuai dengan rencana strategis Kemenhan dan visi kemandirian teknologi
domestik, terutama industri strategis,” Papar Muzzammil dalam rilisnya
di Jakarta.
Menurut Muzzammil minimal ada 5 alasan kenapa harus menolak
pembelian tank Leopard bekas dari Belanda. Pertama, TNI dan Kemenhan
harus memahami bahwa anggaran untuk membeli Alutsista terbatas. Anggaran
untuk mencapai Minimum Essential Force (MEF) menurut Juwono Sudarsono,
mantan Menteri Pertahanan sekitar 120 Triliun. Tahun 2011 anggaran dari
APBN sebesar Rp 47,5 triliun, sedangkan 2012 meningkat menjadi Rp 64,4
triliun.
“Dengan anggaran terbatas ini kami harap Kemenhan dapat
mengoptimalkan pengadaan Alutsista sinergi dengan visi kemandirian
teknologi domestik. Sehingga kedepan tidak lagi konsumen yang tergantung
dengan pihak luar, tapi menjadi produsen Alutsista yang mandiri.”
Ujarnya
Kalaupun harus impor Alutsista dari luar negeri, maka harus
dipastikan adanya kesepakatan transfer teknologi dari negara penjual dan
ada jaminan keleluasaan dalam pemakaian serta ketersediaan suku cadang.
Sehingga para ahli di bidang teknologi industri strategis Indonesia
dapat diberdayakan untuk mewujudkan kemandirian teknologi. “Kita harus
mencegah mereka pergi ke luar negeri sehingga tidak terjadi brain
drain.” Ujar politisi PKS dari Dapil I Lampung ini.
Kedua, menurut Muzzammil, APBN 2012 untuk TNI telah
disepakati di Komisi I DPR RI akan difokuskan untuk kesejahteraan
prajurit sebagai prioritas utama, baru kemudian pengadaan alutsista,
itupun harus dari dalam negeri. “Karena kami memahami doktrin pertahanan
terkuat adalah kesejahteraan. Jadi jika prajurit dan rakyat sejahtera
maka pertahanan akan lebih kuat”. Tegasnya.
Ketiga, broker pengadaan alutsista dari luar negeri harus
diputus. Mereka ini telah menyebabkan anggaran Alutsista menjadi besar
karena harus menambah anggaran dan berpeluang terjadinya tindak pidana
korupsi. “ Jangan anggap bahwa semua anggota DPR itu adalah broker
anggaran dan bermain dengan isu penolakan ini. Kami komitmen untuk
memutus mata rantai mafia anggaran baik di eksekutif, legislatif, maupun
pihak swasta”. Ujarnya.
Keempat, alasan Kemenhan dan TNI membeli tank Leopard karena
negara maju seperti Eropa, Timur Tengah dan beberapa negara Asia
seperti Malaysia, Singapur, Vietnam memiliki tank ini tidak relevan.
“Saya khawati kita terjebak dengan gengsi bukan karena alasan riil dan
kajian ilmiah yang matang. Pemerintah harus memahami kebutuhan medan
tempur Indonesia. Tank berat ini tidak cocok bagi medan Indonesia,
berbeda dengan Eropa dan Timur Tengah yang datar”. Jelasnya.
Selain itu, menurut Muzzammil menghadapi alat perang modern
seperti tank leopard yang dimiliki negara lain tidak harus dengan
memiliki alutsista serupa. Tapi harus mulai mengembangkan dan memiliki
alutsista anti tank dan artileri. “Misalnya, anti tank yang tercanggih
saat ini dapat menghancurkan tank leopard adalah javelin missile.
Senjata anti tank ini harganya lebih murah. 1 unit tank Leopard setara
dengan 22 unit javelin missile. Senjata ini harus mulai dikembangkan
oleh industri strategis kita.” Papar Ketua Poksi I Fraksi PKS ini.
Muzzammil mengingatkan, pengalaman pada pertempuran antara
Israel dengan Hizbulloh di Libanon telah membuktikan puluhan tank rusak
dan hancur oleh senjata anti tank ini. “Begitu juga pengalaman 21 hari
perang di Gaza, senjata anti tank yang harganya lebih murah telah
menghancurkan tank yang harganya lebih mahal.” Jelasnya.
Terakhir, menurut Muzzammil, alasan utama Belanda menjual
tank karena biaya pemeliharaannya tinggi. Untuk mengurangi beban krisis
ekonomi di Eropa maka mereka menjual alutsista yang membebani anggaran.
Saat ini mereka sudah tidak lagi fokus pada alutsista konvensional,
beralih pada strategi perang yang modern. Seperti strategi perang
teknologi informasi dan komunikasi. “Untuk itu jangan sampai anggaran
alutsista kita dibebani untuk pemeliharaan tank ini.” Tutup Muzzammil.[tribunews]
0 komentar:
Post a Comment