Mensos Modali WTS Lewat Program 'Kembali ke Kampung'
Sabtu, 18 Februari 2012
Adanya
pembinaan mental spiritual sejak 2003 di lokalisasi Dupak Bangunsari
rupanya mengapresiasi Kementerian Sosial (Kemensos) untuk menerapkan
pola serupa. Untuk itu, lewat pola model 'kembali ke kampung', Kemensos
pun mau mengucurkan modal bagi WTS sebesar Rp 459 juta untuk 153 WTS.
Bantuan itu merupakan respon aktif atas kecenderungan meningkatnya masalah sosial, termasuk dengan adanya WTS yang dalam kacamata kesejahteraan sosial disebut Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE).
Bantuan itu diberikan Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufri bersamaan dengan kunjungannya ke lokalisasi yang pernah terkenal se Asia Tenggara pada 1980an.
Adapun bantuan bagi WRSE di Dupak adalah untuk pembinaan, pelatihan dan penyuluhan dalam bentuk bantuan modal usaha dan peralatan sebesar Rp 3 juta per orang. Total bantuan sebesar Rp 459 juta bagi 153 orang WRSE. Bantuan sebesar Rp 10 juta juga diberikan bagi Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang membina WRSE.
"Pemerintah pusat pasti akan membantu masalah sosial, termasuk adanya WRSE. Namun semuanya bisa ditangani tak hanya pemerintah pusat, tapi juga dari pemprov, pemkot dan LSM serta cendekiawan," tutur Salim Segaf Al Jufri, saat kunjungan kerja di Balai Kota Surabaya, Jumat (17/2/2012).
Sedangkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengurai, peningkatan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) memang terus mengalami kenaikan yang drastis. Namun, untuk pekerja seks komersial (PSK) pemkot bisa menekan penambahan jumlahnya.
Pada 2009 saja PSK di Surabaya mencapai 3.225 orang, sementara pada 2010 turun menjadi 2.996. Pada 2011 jumlahnya terus turun menjadi 2.027 orang.
“Kami memang sudah memberlakukan larangan penambahan PSK baru. Makanya tak ada lagi penambahan PSK, saat ini yang tersisa merupakan penghuni wisma yang lama,” ungkapnya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu menambahkan, pemkot juga menyiapkan beberapa rumah singgah yang bisa dimanfaatkan PMKS. Salah satunya seperti Liponsos yang kini ditinggali 900 orang lebih. Jumlah penghuni Liponsos terus mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2010 saja penderita di Liponsos masih 881 orang, sementara pada 2009 penghuninya 697 orang.
“Kami juga memiliki panti rehabilitasi anak di Wonorejo. Dan juga ada panti bagi tuna grahita,” sambungnya.
Bantuan itu merupakan respon aktif atas kecenderungan meningkatnya masalah sosial, termasuk dengan adanya WTS yang dalam kacamata kesejahteraan sosial disebut Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE).
Bantuan itu diberikan Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufri bersamaan dengan kunjungannya ke lokalisasi yang pernah terkenal se Asia Tenggara pada 1980an.
Adapun bantuan bagi WRSE di Dupak adalah untuk pembinaan, pelatihan dan penyuluhan dalam bentuk bantuan modal usaha dan peralatan sebesar Rp 3 juta per orang. Total bantuan sebesar Rp 459 juta bagi 153 orang WRSE. Bantuan sebesar Rp 10 juta juga diberikan bagi Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang membina WRSE.
"Pemerintah pusat pasti akan membantu masalah sosial, termasuk adanya WRSE. Namun semuanya bisa ditangani tak hanya pemerintah pusat, tapi juga dari pemprov, pemkot dan LSM serta cendekiawan," tutur Salim Segaf Al Jufri, saat kunjungan kerja di Balai Kota Surabaya, Jumat (17/2/2012).
Sedangkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengurai, peningkatan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) memang terus mengalami kenaikan yang drastis. Namun, untuk pekerja seks komersial (PSK) pemkot bisa menekan penambahan jumlahnya.
Pada 2009 saja PSK di Surabaya mencapai 3.225 orang, sementara pada 2010 turun menjadi 2.996. Pada 2011 jumlahnya terus turun menjadi 2.027 orang.
“Kami memang sudah memberlakukan larangan penambahan PSK baru. Makanya tak ada lagi penambahan PSK, saat ini yang tersisa merupakan penghuni wisma yang lama,” ungkapnya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu menambahkan, pemkot juga menyiapkan beberapa rumah singgah yang bisa dimanfaatkan PMKS. Salah satunya seperti Liponsos yang kini ditinggali 900 orang lebih. Jumlah penghuni Liponsos terus mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2010 saja penderita di Liponsos masih 881 orang, sementara pada 2009 penghuninya 697 orang.
“Kami juga memiliki panti rehabilitasi anak di Wonorejo. Dan juga ada panti bagi tuna grahita,” sambungnya.
*http://www.tribunnews.com/2012/02/17/mensos-modali-wts
0 komentar:
Post a Comment