Wawancara 'buka-bukaan' Abraham Samad: "Saya sepertinya berjuang seorang diri..."
Rabu, 15 Februari 2012
Sebelum terpilih menjadi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tak banyak orang tahu siapa Abraham Samad. Tak heran kalau kemudian banyak yang memandang sebelah mata atas kemampuan, keberanian, dan keseriusannya dalam membongkar kejahatan korupsi di negara ini. Bahkan, ada kecurigaan Abraham Samad tak lebih dari boneka partai politik.Tapi, dalam dua bulan saja, KPK yang diketuai Abraham Samad membuat kejutan. Sejumlah nama yang dianggap tak tersentuh hukum, seperti Miranda Gultom, Angelina Sondakh, Wa Ode Nurhayati, dijadikan tersangka oleh KPK.
Berikut petikan wawancara khusus wartawan Republika Muhammad Hafil dengan sosok Ketua KPK Abraham Samad. Dalam wawancara ini, Abraham Samad banyak berbicara tentang mimpinya dan pandangannya atas pemberantasan korupsi. Termasuk, kiat-kiatnya dalam pemberantasan korupsi.
Anda sudah dua bulan memimpin KPK, bagaiman perasaan Anda?
Ketika saya terpilih, perasaan sangat gembira karena diberi kesempatan oleh segenap rakyat Indonesia untuk mengemban amanah yang sangat luhur, yaitu menegakkan hukum dan keadilan. Sangat berbahagia dan bangga diberikan amanah memberantas korupsi, yang menurut saya amanah ini betul-betul harus dilaksanakan dengan baik. Menjalankan tugas di KPK, menegakkan hukum memberantas korupsi tanpa pandang bulu adalah ibadah.
Sejauh ini sudah merasa nyaman atau feels like home, merasa KPK sebagai rumah Anda sendiri?
Jujur saya akui ada gejolak di hati saya. Perasaan ini adalah perasaan subjektif. Saya sepertinya berjuang seorang diri.
Mengapa?
Ini perasaan subjektif, bisa benar bisa salah. Saya merasa yang paling sulit adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Kedua, kita tidak tahu persis di lingkungan baru itu apakah semua orang mengapresiasi atau mendukung penuh upaya-upaya kita dalam memberantas korupsi tanpa pandang bulu.
Artinya, apakah benar soal adanya isu perpecahan di antara pimpinan?
Gak ada. Perpecahan itu tidak ada. Perbedaan pendapat itu hal yang wajar. Maksud saya itu perasaan subjektif saya. Kadang saya melamun dalam diri saya. Saya bertanya-tanya pada diri saya, kadang saya harus berjalan seorang diri. Itu kegelisahan. Akhirnya, saya ambil kesimpulan begini, biarkanlah sejarah akan membuktikan. Siapa orang-orang yang benar-benar tulus dan ikhlas berjuang memberantas korupsi. Dan, biarkan sejarah membuktikan siapa yang pengecut dan pemberani.
Anda terlihat kuat dan percaya diri?
Dalam melakukan tindakan dan pekerjaan, saya selalu berkeyakinan bahwa tindakan atau keputusan yang saya ambil itu adalah keputusan bernilai ibadah dan bermanfaat untuk kebaikan bangsa. Sehingga, itulah yang membuat saya percaya diri.
Anda dulu adalah aktivis antikorupsi di advokat maupun LSM, apa perbedaannya setelah Anda sudah berada di KPK?
Perbedaannya sangat mencolok. Di KPK, kita punya kewenangan luar biasa yang diatur undang-undang. Kita punya kewenangan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap kasus-kasus korupsi. Kalau di tempat dulu sebagai aktivis ataupun lawyer, posisi kita hanya pengawasan. Kita tak punya kewenangan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Oleh karena itu, di KPK yang punya kewenangan itu harus kita jaga, jangan sampai kita melakukan pelanggaran.
Ketika sudah bergabung, apakah KPK sudah sesuai dengan pandangan Anda sebelumnya?
KPK adalah lembaga yang punya integritas sehingga lembaga ini harus terus diawasi masyarakat dan media. Karena, lembaga yang kuat ini tanpa pengawasan bisa saja menjadi sebuah lembaga yang berbahaya.
Sudah sesuai?
Sudah, tapi harus diawasi.
Sejak kapan Anda memiliki keinginan memberantas korupsi? Apa latar belakangnya?
Saya melihat situasi bangsa dan negara ini. Yang saya tahu, negara kita adalah negara yang sangat kaya sumber daya alam. Apa pun yang ditanam dan digali dari negeri ini sangat bagus. Ada tambang macam-macam. Tapi, saya melihat ada potret kemisikinan di penjuru negeri. Saya bertanya, ada apa, sebagian besar penduduk miskin dan menganggur. Ini ada yang salah.
Saya menganalisis dan berkesimpulan bahwa negeri ini banyak kebocoran. Negeri ini terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan sehingga pengelolaan sumber daya alam tidak rata. Saya merasakan karena saya sering berkeliling. Banyak pemandangan yang miris, banyak pemandangan yang sebenarnya sangat menyedihkan.
Saya sedih banyak rakyat kita miskin dan menderita. Mau berobat tidak bisa, mau sekolah tidak bisa. Karena mereka tidak punya apa-apa. Oleh karena itu, saya berpikir ini disebabkan oleh perilaku korup yang dikelola oleh orang di negeri ini. Sehingga, pemanfaatannya tidak dirasakan masyarakat. Jika dikelola baik, tidak akan ada orang yang mati karena busung lapar, tidak ada lagi yang tidak sekolah.
Siapa yang berperan besar mendorong Anda untuk terjun di dunia pemberantasan korupsi?
Saya geram. Apa pun yang terjadi, saya harus punya andil untuk memperbaiki negeri. Itulah motivasi saya masuk ke KPK. Saya ingin mengambil peran untuk memperbaiki negeri ini walaupun sedikit. Ini kegelisahan saya.
Mengapa korupsi masih belum bisa diberantas? Padahal, Reformasi 1998 untuk merobohkan kekuasaan korup?
Saya lihat tidak ada political will dari para elite dan adanya ketidakseriusan aparat penegak hukum kita memberantas korupsi tanpa pandang bulu. Jadi, menurut saya, agenda pemberantasan korupsi 1998 adalah sekadar retorika. Tidak ada tindakan nyata.
Sejak kapan mulai aktif di dunia pemberantasan korupsi?
Sejak mahasiswa saya sudah punya kegelisahan. Ketika selesai, makin berkecamuk kegelisahan saya. Saya tidak mau kekayaan negeri ini dirampas oleh orangorang tidak bertanggung jawab. Kalau mereka (penyelenggara negara) tidak korupsi, apa dampaknya? Kita bisa hidup makmur. Pemerataan kesejahteraan bisa dirasakan secara adil. Paling tidak orang tidak menderita. Tidak ada kemiskinan dan pengangguran.
Dari program-program yang Anda tawarkan saat proses seleksi maupun fit and proper test, sudah berapa persen yang terealisasi?
Ini kan kita baru masuk dua bulan, jadi kita terus melakukan pembenahan-pembenahan. Menurut saya, mari kita rekonstruksi kembali kinerja KPK. Itu yang cukup menyita waktu dan memecah konsentrasi kita, antara melakukan penindakan terhadap kasus-kasus korupsi yang kita tangani dan pada saat yang sama kita melakukan pembenahan-pembenahan.
Dalam dua bulan ini, Anda sudah membuat gebrakan, seperti menjadikan tersangka Miranda S Goeltom dalam kasus suap cek pelawat, menjadikan Angelina Sondakh tersangka dalam kasus suap wisma atlet, dan menahan Wa Ode Nurhayati. Apakah ini karena mengejar target dari janji yang pernah Anda sampaikan dulu?
Dalam menetapkan seseorang menjadi tersangka bukan target. Tapi, alat bukti yang cukup. Saat kita melihat alat bukti sudah terpenuhi maka kita tetapkan. Tapi, kalau secara hukum belum memiliki bukti tentu tidak akan kita lakukan karena menzalimi orang.
Miranda dan Angelina adalah sosok yang menyita perhatian publik. Sebelum Anda, KPK tidak menjadikan mereka sebagai tersangka. Apa tindakan yang Anda lakukan sebelum mengeluarkan kebijakan ini?
Saya pikir keputusan adalah kolegial dan kolektif. Jadi, keputusan bersama. Meskipun dalam setiap ekspos ada perbedaan pendapat dan itu wajar.
Ada ritual khusus sebelumnya, misalnya, shalat?
Itu sih wajib. Dan, ada juga shalat sunah. Alhamdulillah, saya melaksakan itu. Itu memperkuat ketegaran saya dan membuat saya selalu dilindungi Tuhan. Kalau tidak saya lakukan, itu mungkin ada sesuatu yang terjadi pada diri saya.
Anda pernah bilang akan mundur jika dalam waktu satu tahun tidak berhasil menangani kasus-kasus besar. Apakah dengan mengeluarkan kebijakan menetapkan tersangka kepada mereka berdua, Anda sudah menganggap itu bagian dari keberhasilan?
Pekerjaan rumah kita masih banyak. Jadi, saya tidak ingin terjebak dalam satu tahun itu. Jadi, saya ingin bekerja maksimal dan harus tuntaskan.
Anda dianggap mencari masalah, mengusik ketenangan kekuasaan dengan penetapan Angelina Sondakh sebagai tersangka? Apakah Anda siap dengan segala risikonya?
Saya berjalan pada koridor hukum yang ada dan selalu berkeyakinan bahwa segala sesuatu di dunia ini ada peran Allah SWT. Jika tidak berdasarkan itu, mungkin saya tidak kuat menghadapi ini. Tapi, segala sesuatunya saya serahkan kepada Allah SWT karena saya terpilih pun atas kehendak Allah. Kalau saya hanya memikirkan kekuasaan duniawi maka saya down dan takut dalam membuat kebijakan ini.
Sejak di KPK, apakah pernah mendapat ancaman terkait kebijakan-kebijakan Anda?
Kalau itu, sejak terpilih, ancaman sudah ada. Saya di-SMS, Jakarta itu tidak seperti Makassar atau Jakarta itu lebih mematikan. Sejak terpilih sampai sekarang, SMS itu masih ada dan nadanya masih mengancam.
Terkait dengan kepemimpinan, Anda tergolong muda dan tidak berasal dari birokrat dan penegak hukum sebelumnya. Bagaimana cara Anda memimpin KPK?
Pertama, itu menjadi sesuatu yang sangat sulit. Di antara pimpinan, saya yang paling muda dan pengalaman kurang dari mereka. Belum lagi di tingkat pegawai. Itu sesuatu yang tidak mudah bagi saya. Tentu ada orang yang tidak ikhlas kita pimpin dengan usia muda kita dan menganggap saya tidak punya pengalaman.
Bagaimana cara mengatasinya?
Kita koordinasi dan konsolidasi terus. Mudah-mudahan itu berhasil meskipun saya tidak menjamin 100 persen orang-orang di KPK menerima dipimpin saya.
Dalam menetapkan tersangka, Anda selalu memberi isyarat kepada media. Apa maksudnya? Apakah itu bagian dari strategi Anda untuk membuat jajaran KPK bekerja?
Itu cuma gaya kepemimpinan. Saya pikir begini, mungkin gaya saya dianggap aneh sama teman-teman media. Karena, saya bukan seorang birokrat. Karena, menurut saya, menetapkan seorang tersangka adalah biasa saja. Kedua, upaya saya supaya mendorong jajaran KPK bekerja secara maksimal dan profesional. Jangan lamban. Tapi, harus sesuai dengan hukum.
Apakah latar belakang Bugis-Makassar membuat Anda bersikap keras dalam memimpin?
Ya, mungkin itu salah satunya mengapa orang tidak bisa memahami saya. Padahal, itu bukan kasar, melainkan ketegasan, konsistensi. Gaya saya bicara blak-blakan, tapi itulah saya. Itu ciri khas dan identitas saya sebagai orang yang berlatar Bugis-Makassar.
Soal korupsi dan politik, bagaimana tanggapan Anda?
Itu adalah satu rangkaian yang kadang satu sama lainnya saling berkait. Kalau kita lihat korupsi politik sering terjadi di negeri kita, contohnya korupsi selalu terkait dengan pelakunya yang berasal dari politikus. Ke depan, kita harus perbaiki sistem yang bagus. Tidak hanya pendidikan, tapi juga pencegahan agar potensi potensi korupsi dihilangkan.
Insya Allah suatu saat korupsi tidak akan terjadi. Pada saat kita melakukan penindakan, kita memperbaiki sistem di situ. Pada saat di situ. Pada saat yang bersamaan, kita masukan aspek pencegahan. Misalnya, tahun ini kita tindak korupsi di satu instansi. Tapi, kalau kita hanya tindak tanpa masukan aspek pencegahan, mungkin ke depannya masih akan terjadi korupsinya.
Bagaimana cara menghindari kinerja Anda dari kepentingan politis?
Kita tidak boleh terjebak dalam kepentingan politik. Kita harus profesional, kita lihat kasus itu pada aspek hukum semata sehingga kita bebas.
Bagaimana road map KPK pada masa kepemimpinan Anda?
Sebentar lagi rampung. Jadi, gambarannya adalah KPK ke depan menangani korupsi yang besar. Kasus korupsi yang kecil kita tinggalkan dan itu kita serahkan kepada lembaga penegak hukum yang lain. Kita tingkatkan fungsi koordinasi dan supervisi. Tapi, kita awasi dengan ketat.
Nominalnya?
Kalau di undang-undang kan Rp 1 miliar, tapi undang-undang itu kan dilihat dari konteks kekinian.
Soal penambahan sumber daya manusia KPK, seperti penyelidik, penyidik, dan jaksa?
Kalau mau jujur, kita kekurangan. Itu yang menjadi hambatan dan menurut saya, itu mungkin menghambat pekerjaan kita.
Apa mimpi besar Anda sebagai ketua KPK?
Sebenarnya mimpi saya cukup sederhana, begitu saya terpilih, saya ingin cepat (mem berantas korupsi). Memang gaya saya begitu. Saya kan datang dari seberang. Kalau jalan dan bicara cepat. Dan, mungkin gaya saya ini, menurut saya, sulit diikuti orang lain. Tapi, itu lah gaya saya. ***
*REPUBLIKA (15/2/12)
0 komentar:
Post a Comment