Upaya intimidasi dan kampanye hitam (black campaign) sepertinya tidak dapat
dipisahkan dari Pilkada DKI Jakarta.
Setelah dilarang kutbah di Pulau Panggang, relawannya diintimidasi, kini pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi korban kampanye hitam dan fitnah.
Pelakunya ditengarai sebagai aparat Dinas Sosial DKI Jakarta.
Irfan pun berinisiatif mengambil gambar mobil dan sang sopir dengan handphone yang dibawanya. Hal itu untuk bukti bahwa apa yang dikatakannya bukanlah cerita rekaan.
Setelah dilarang kutbah di Pulau Panggang, relawannya diintimidasi, kini pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi korban kampanye hitam dan fitnah.
Pelakunya ditengarai sebagai aparat Dinas Sosial DKI Jakarta.
Peristiwanya terjadi Kamis (7/6) siang di Kampung Kandang, Kelurahan
Ragunan, Jakarta Selatan. Menurut penuturan saksi mata, Irfan, sebuah mobil
Suku Dinas Sosial DKI Jakarta berplat merah warna biru dengan sticker gambar
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Kepala Sudin Sosial DKI Jakarta di sisi
kanan mobil datang ke Kampung Kandang sekitar pukul 11.00 wib.
Setelah parkir
di dekat sebuah warung soto, sang sopir mobil bernomor polisi B 9004 PQU
tersebut keluar sambil menenteng pengeras suara. Melalui pengeras suara itu
sang sopir berteriak-teriak, “PKS antimaulid, PKS antitahlil.”
Mobil Dinas Dinsos DKI Jakarta yang dipakai black campaign |
Hal itu diulang-ulang dan baru berhenti ketika sang sopir melihat ada
seorang perempuan mengenakan jilbab datang bersama suaminya, yang juga saksi
mata, mampir ke warung soto itu untuk makan siang. “Mungkin dia mengira istri
saya kader PKS. Sehingga begitu melihat istri saya dia langsung diam,” kata
Irfan.
Irfan bertanya kepada salah satu pemilik warung yang ada di situ apakah yang
bersangkutan sering melakukan hal itu. Pemilik warung menjawab sebulan terakhir
setidaknya dua kali mobil dan sopirnya datang melakukan kampanye hitam.
Irfan pun berinisiatif mengambil gambar mobil dan sang sopir dengan handphone yang dibawanya. Hal itu untuk bukti bahwa apa yang dikatakannya bukanlah cerita rekaan.
Sopir (inzet) Dinsos sedang duduk usai lakukan black campaign |
Saat dikonfirmasi peristiwa tersebut, Cagub Hidayat Nur Wahid hanya bisa mengelus dada.
Dia sangat menyayangkan fitnah-fitnah seperti itu masih saja terus dikembangkan
untuk kepentingan politik sesaat. “Fitnah seperti itu biasanya muncul menjelang
Pemilu atau Pilkada. Itu bukan barang baru. Tetapi yang saya sayangkan hal itu
bisa terjadi juga di Jakarta,” ujar dia.
Hidayat berharap, semua pihak tidak mengembangkan fitnah untuk mencapai
tujuan tertentu. Karena hal itu
bukan saja bertentangan dengan semangat demokrasi, tetapi juga dilarang keras
dalam agama. “Kasihan masyarakat jika selalu disuguhi dengan fitnah dan beragam
kebohongan hanya karena tujuan politik. Ini sangat tidak sehat di era demokrasi
seperti sekarang,” imbuh Hidayat.
Dia berharap, masyarakat tidak
terprovokasi dengan kampaye hitam dan fitnah-fitnah yang disebarkan untuk kepentingan
kelompok atau kandidat tertentu. “Saya kira masyarakat Jakarta cukup cerdas
untuk memilih dan memilah, mana informasi yang fitnah, mana informasi sampah,
dan mana informasi yang benar,” urai Hidayat.
Sebagai tindak lanjut dari
kejadian itu, pihak Hidayat Didik akan melaporkan hal itu kepada Panwaslu DKI
Jakarta. “Jika ada aparat yang terlibat kita akan minta supaya yang
bersangkutan ditindak tegas,” katanya lagi. [inilah]
0 komentar:
Post a Comment