Karena pekerjaan, saya cukup sering bolak balik Padang-Jakarta. Dalam rutinitas itu acapkali saya sepesawat terbang dengan Gubernur Sumbar pak Irwan Prayitno. Pertama kali sepenerbangan dengan beliau, ketika hendak balik ke Padang. Kami bersua di Garuda GFF Lounge Bandara Soekarno-Hatta, hendak sama-sama sarapan. Saya dan pak Gubernur hendak ke Padang hari itu menggunakan Garuda penerbangan pertama pukul 6.30 WIB.
Setelah saya sapa, saya lalu bergegas mengambil the hangat dan nasi goreng yang disediakan secara buffet. Waktu boarding sudah dekat. Sambil menikmati sarapan, dalam hati saya mereka-reka tiket yang digunakan sang Gubernur kelas apa? Saya yakin beliau menggunakan tiket kelas bisnis. Namun saya agak ragu juga, lantaran dalam beberapa kali penerbangan ke Jakarta atau ke Padang saya sepenerbangan dengan kawan-kawan anggota DPRD Sumbar yang selalu membahas mengenai Gubernur Sumbar yang setiap terbang tidak pernah duduk di kelas bisnis.
Mereka merasa risih jika sepenerbangan dengan Gubernur yang selalu duduk di kursi ekonomi, sementara para anggota dewan yang terhormat, sejak adanya peraturan penggantian uang jalan sesuai bukti pengeluaran, selalu duduk di kursi bisnis. Keadaan demikian itu menimbulkan hal yang lucu. Para anggota dewan jika hendak booking tiket untuk ke Jakarta atau ke Padang, mereka mencari info dulu, apakah Gubernur juga berangkat pada hari, jam dan penerbangan yang sama, dengan maksud agar jangan sampai sepenerbangan dengan Gubernur.
Rabu 29 Desember lalu, ketika hendak balik ke Padang dengan Garuda penerbangan pertama, saya sepenerbangan lagi dengan pak Gubernur. Saya duduk di kursi emergensi No. 14A, pak Gubernur di belakang saya, kursi No. 15C. Di sebelah saya pada kursi No. 14 B duduk teman saya mantan anggota DPRD Sumbar. Dalam penerbangan, perbincangan dengan teman saya kembali menyinggung mengenai rasa risi melihat Gubernur duduk di kursi ekonomi. Kami berdua memperhatikan, ternyata pramugari pun tidak mengenali bahwa yang duduk di kursi No. 15C itu adalah Gubernur Sumatera Barat.
Dalam cuaca padang yang mendung, Garuda yang menerbangkan kami dari Jakarta mendarat mulus di BIM. Ketika turun dari pesawat, saya, teman yang mantan anggota DPRD Sumbar berjalan beriringan dengan pak Gubernur yang selangkah lebih dulu di depan kami. Sambil berjalan menuju tempat kalim bagasi, saya memberanikan diri bertanya, gerangan apa yang menjadi alasan beliau tidak pernah terbang menggunakan kelas bisnis? Gubernur dengan spontan menjawab bahwa duniawi tidak terlalu penting bagi dirinya. Selain itu jika terbang dengan ekonomi, akan terjadi penghematan anggaran yang cukup besar setiap tahun. Menanggapi jawaban pak Gubernur, saya katakan…..betul pak, tapi apalah artinya jika para Bupati, Walikota dan Anggota Dewan yang jumlahnya begitu banyak, justru terbang menggunakan kelas bisnis. Lagi pula risih kami melihatnya pak.
Mendengar jawaban saya yang setengah protes itu, pak Gubernur hanya tersenyum mafhum.
Bagi saya, dan saya yakin bagi kebanyakan anggota masyarakat Sumbar tidak menjadi masalah dan malah wajar jika Gubernur terbang menggunakan kelas bisnis. Bukankah sebagai pemimpin, beliau kita tinggikan seranting dan dahulukan selangkah.
Posted By : Ir. Irwan Prayitno
Posted By : Ir. Irwan Prayitno
0 komentar:
Post a Comment