Bismilaahhir Rahmaanir Rahiim,
Beberapa hari yang lalu saya
berkesempatan untuk ikut dalam acara buka bersama dengan Ketua MPR-RI,
DR Muhammad Hidayat Nurwahid, MA di rumah dinasnya, kompleks Widya
Chandra dengan beberapa ikhwah. Ketika saya masuk ke rumah dinas beliau
tsb, maka dalam hati saya bergumam sendiri: Alangkah sederhananya isi
rumah ini.
Saya melihat lagi dengan teliti,
meja, kursi2, asesori yg ada, hiasan di dinding. SubhanaLLAH, lebih
sederhana dari rumah seorang camat sekalipun. Ketika saya masuk ke rumah
tsb saya memandang ke sekeliling, kebetulan ada disana Ketua DPR Agung
Laksono, Wk Ketua MPR A.M Fatwa, Menteri Agama, dan sejumlah Menteri
dari PKS (Mentan & Menpera) serta anggota DPR-RI, serta
pejabat-pejabat lainnya.
Lagi-lagi saya bergumam:
Alangkah sederhananya pakaian beliau, tidak ada gelang dan cincin
(seperti yang dipakai teman-teman pejabat yangg lain disana). Ternyata
beliau masih ustadz Hidayat yg saya kenal dulu, yang membimbing tesis S2
saya dengan judul: Islam & Perubahan Sosial (kasus di Pesantren
PERSIS Tarogong Garut). Terkenang kembali saat-saat masa bimbingan
penulisan tesis tersebut, dimana saya pernah diminta datang malam hari
setelah seharian aktifitas penuh beliau sebagai Presiden PKS, dan saya
10 orang tamu yang menunggu ingin bertemu.
Saya kebagian yg terakhir,
ditengah segala kelelahannya beliau masih menyapa saya dengan senyum :
MAA MAADZA MASAA’ILU YA NABIIL? Lalu saya pandang kembali wajah beliau,
kelihatan rambut yang makin memutih, beliau bolak-balik menerima tamu,
saat berbuka beliau hanya sempat sebentar makan kurma dan air, karena
setelah beliau memimpin shalat magrib terus banyak tokoh yg berdatangan,
ba’da isya & tarawih kami semua menyantap makanan, tapi beliau
menerima antrian wartawan dalam & luar negeri yang ingin wawancara.
Tidak terasa airmata ana
menetes, alangkah jauhnya ya ALLAH jihad ana dibandingkan dengan beliau,
saya masih punya kesempatan bercanda dengan keluarga, membaca kitab
dsb, sementara beliau benar-benar sudah kehilangan privasi sebagai
pejabat publik, sementara beliaupun lebih berat ujian kesabarannya untuk
terus konsisten dalam kebenaran dan membela rakyat. Tidaklah yang
disebut istiqamah itu orang yang bisa istiqamah dalam keadaan di
tengah-tengah berbagai kitab Fiqh dan Hadits seperti ana yang lemah ini.
Adapun yang disebut istiqamah
adalah orang yg mampu tetap konsisten di tengah berbagai kemewahan,
kesenangan, keburukan, suap-menyuap dan lingkungan yang amat jahat dan
menipu. Ketika keluar dari rumah beliau saya melihat beberapa rumah
diseberang yang mewah bagaikan hotel dengan asesori lampu-lampu jalan yg
mahal dan beberapa buah mobil mewah, lalu ana bertanya pada supir DR
Hidayat : Rumah siapa saja yg diseberang itu? Maka jawabnya : Oh, itu
rumah pak Fulan dan pak Fulan Menteri dari beberapa partai besar. Dalam
hati saya berkata: AlhamduliLLAH bukan menteri PKS. Saat pulang saya
menyempatkan bertanya pada ustadz Hidayat: Ustadz, apakah nomor HP antum
masih yang dulu?
Jawab beliau: Benar ya akhi,
masih yg dulu, tafadhal antum SMS saja ke ana, cuma afwan kalo
jawabannya bisa beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, maklum SMS
yang masuk tiap hari ratusan ke saya. Kembali airmata saya menetes.
alangkah beratnya cobaan beliau & khidmah beliau untuk ummat ini,
benarlah nabi SAW yang bersabda bahwa orang pertama yang dinaungi oleh
ALLAH SWT di Hari Kiamat nanti adalah Pemimpin yang Adil. Sambil
berjalan pulang saya berdoa : Ya ALLAH, semoga beliau dijadikan pemimpin
yang adil dan dipanjangkan umur serta diberikan kemudahan dalam
memimpin negara ini. Aaamiin ya RABB.
Penulis: Ust Nabil Almusawa
0 komentar:
Post a Comment